Abstrak Pada dasarnya, tidak semua pihak termasuk berbagai stakeholder belum sepenuhnya menyadari keragaman karakter seseorang. Dalam sistem pendidikan kita yang serba seragam, perbedaan kerap menjadi masalah bagi pihak sekolah dan siswa. Sistem pendidikan (atau sekolah) di Indonesia masih cenderung menyamaratakan standar kecerdasan satu siswa dengan siswa lainnya dengan penilaian dan parameter yang sangat sempit, yaitu aspek kognitif saja. Dalam hal ini diperlukan kemampuan guru mengajar dengan kreativitas yang baru dan menarik. Sehingga kurangnya kreativitas guru dan mengindikasikan bahwa kualitas guru di Indonesia masih rendah. Permasalahan yang timbul kemudian adalah terputusnya mata rantai nilai atau pesan yang seharusnya dapat diinternalisasikan secara menyeluruh oleh setiap siswa. Pembelajaran apresiasi siswa terhadap karya sastra setidaknya diharapkan mampu menjawab permasalahan pengembangan karakter. Apresiasi siswa terhadap sastra tidak hanya sebatas mengembangkan kecerdasan linguistiknya saja. Lebih dari itu, kemampuan siswa dalam mengapresiasi sastra dapat membantu seseorang dalam mempola karakter ideal dalam dirinya (interpersonal), kinestetik, spasial visual (ruang).